Senin, 12 Maret 2012

Krisis Eropa dan Amerika menurut Mahathir Mohamad

Negarawan Malaysia, Mahathir Mohamad, menyarankan para pemimpin Eropa agar
jangan gengsi mengakui negara masing-masing yang mereka pimpin tengah
menderita krisis ekonomi.

Kini Eropa justru harus belajar dari Asia, yang sudah berpengalaman
menghadapi krisis moneter. Mahathir mengemukakan pendapatnya kepada stasiun
berita BBC, yang tayang pada 7 Februari 2012.

Menurut mantan perdana menteri Malaysia itu, saat Eropa tengah dilanda
krisis ekonomi akibat belum pulih dari resesi global dan masalah utang di
sejumlah negara, perekonomian di Asia justru tengah bangkit. "Eropa...telah
kehilangan banyak uang dan kini kalian pasti relatif miskin dibanding masa
lalu," ujar Mahathir. "Sedangkan di Asia, kami hidup apa adanya. Jadi saat
tengah miskin, kami hidup seperti orang miskin.

Menurut saya, itulah satu pelajaran yang bisa dipetik Eropa dari Asia,"
lanjut Mahathir. Walau sudah berusia 86 tahun, Mahathir masih memiliki
pandangan yang tajam soal perkembangan ekonomi dan politik global. Menurut
dia, para pemimpin Eropa saat ini justru tengah mengalami masa
penyangkalan. "Kalian menolak mengakui telah kehilangan banyak uang
sehingga jadi miskin. Kalian tidak bisa mengatasinya dengan mencetak banyak
uang. Uang bukanlah sesuatu yang sekadar dicetak, tapi harus didukung baik
oleh ekonomi yang bagus maupun emas," lanjut Mahathir.

Bisnis Riil
Dia yakin bahwa Eropa maupun negara-negara Barat lain harus memulai proses
yang lamban dan panjang dalam merestrukturisasi ekonomi masing-masing demi
mengurangi ketergantungan atas sektor keuangan.

Sektor itulah yang menjadi pangkal masalah krisis utang di beberapa negara
Eropa, seperti Italia, Yunani, dan lain-lain. "Menurut saya, kalian harus
kembali ke bisnis yang riil, yaitu produksi barang, sediakan jasa dan
perdagangan. Jadi jangan sekadar memindahkan angka di rekening bank seperti
yang kalian lakukan saat ini," kata Mahathir.

Bagi dia, jual-beli mata uang bukanlah komoditas. "Jual-lah kopi, misalnya.
Kopi itu bisa dibuat menjadi segelas minuman," kata Mahathir. "Kalau mata
uang tidak bisa diolah lebih lanjut. Itu sekadar angka di rekening bank dan
hanya diperdagangkan di rekening bank," lanjut dia.

Mahathir pun mengritik para pekerja di Eropa yang digaji terlalu tinggi,
padahal mereka tidak produktif. "Menurut saya, kalian menggaji pekerja
terlalu besar untuk beban pekerjaan yang sangat kurang," kata Mahathir.
"Jadi kalian tidak bisa hidup di level kemakmuran saat tidak bisa
memproduksi apapun yang dapat dipasarkan," lanjut dia.

Memerintah Malaysia selama 22 tahun hingga 2003, Mahathir dikenal sebagai
tokoh yang kritis kepada Barat. Saat krisis keuangan melanda Asia 1997-98,
Mahathir menilai biang keladinya adalah para spekulator Barat seperti
George Soros yang mengacaukan pasar keuangan di sejumlah negara dengan
bisnis spekulatif mereka